Selasa, 16 Mei 2017

Pantai Samas, pantai eksotik

pantai sama dengan ombak bergulir terletak di desa Srigading, Sanden Kecamatan, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyayakarta. Pantai ini memakan waktu perjalanan sekitar satu jam jika diambil dari kota Yogyakarta. Pantai Samas dikenal sebagai salah satu tempat penampungan penyu langka untuk bertelur, seperti penyu hijau, sisik, dan lainnya.

Di masa lalu, para nelayan sering perjalanan pantai ini untuk berburu telur penyu langka. Namun, sekarang para nelayan telah bekerjasama dengan pusat konservasi sumber daya alam Yogyakarta dan organisasi non-pemerintah lainnya lingkungan. Mereka bekerja sama untuk berpartisipasi dalam pelestarian penyu langka dengan mendirikan Forum konservasi penyu Bantul. Usaha yang mereka lakukan untuk terus menjaga kelangsungan keturunan penyu langka. Akan Malang tidak, jika penyu langka yang tinggal di Indonesia ini harus menjadi punah diburu.

Mulai dari kesadaran masyarakat sekitarnya akan kelangsungan hidup penyu langka, mereka kemudian membuat pantai ini sebagai pantai eduwisata. Pantai samas sekarang telah diaduk oleh masyarakat dan lembaga-lembaga sekitarnya untuk mendidik pengunjung tentang penyu langka. Upaya berhasil menarik perhatian lebih untuk para pecinta pantai, bahkan para peneliti meskipun. Peneliti, baik domestik dan internasional, datang untuk mengunjungi pantai ini untuk penelitian penyu langka yang sedang dilestarikan.

Selain sebagai tempat untuk penyu langka konservasi, pantai ini juga memiliki atraksi-atraksi lainnya. Pantai Samas masih terisi dengan budaya masyarakat sekitarnya, sehingga pantai ini sering digunakan untuk ritual keagamaan. Kegiatan ritual keagaamaan komunitas yang dilakukan, upacara Kirab Tumuruning Maheso Suro dan Labuhan Sedekah Laut.
Mahesa Suro Mahesa berarti kerbau dan Suro adalah bulan pertama pada tanggal Jawa. Malam satu suro adalah tanggal suci bagi kebanyakan orang Jawa, dan juga untuk penduduk di pantai Samas. Pada malam satu Suro, samas beachman dilakukan upacara Tumuruning Kirab Mahesa Suro. Upacara ini dilakukan secara lokal sebagai bentuk rasa syukur dan mengenang legenda Mahesa Suro.

Legenda ini berasal dari kemiskinan yang melanda orang-orang Srigading, Sanden, Bantul. Mereka kemudian memohon kepada tertinggi keagungan oleh merenungkan pantai Samas. Tiba-tiba timbullah kerbau hitam gelap yang kemudian ditangkap oleh desa dan memelihara perangkat. Kerbau kemudian menjadi perantara bantuan Mahkamah Agung kepada warga untuk bebas dari kemiskinan.
Berdasarkan cerita, Semua sawah rusak oleh kerbau aneh sebenarnya bahkan menjadi subur, dan tanaman ahirnya menjadi berlimpah. Dengan tanaman yang melimpah, penduduk Srigading juga mulai bebas dari kelaparan. Kerbau hitam kemudian dipelihara kerbau lokal lainnya, dan keturunan. Tapi setelah berkembang biak, kerbau hitam pertama hanya menghilang secara misterius beberapa tempat.

Kisah legenda kerbau hitam kemudian menjadi legenda yang melekat bagi warga desa Srigading. Ritual Mahesa Suro dan Labuhan Sedekah Bumi sebagai bukti syukur masyarakat desa untuk berkat dan hadiah dari Tuhan. Mereka melaksanakan upacara-upacara keagamaan untuk memperingati jasa Mahesa dan kemudian memberikan berkat pencipta dengan melakukan sedekah bumi.
Upacara yang diselenggarakan pada hari pertama suro ini dimulai dengan doa bersama-sama untuk upacara untuk berjalan lancar. Berbagai persembahan kemudian melarung ke pantai. Ritual ini dihadiri tidak hanya oleh pengunjung lokal, tetapi juga dari luar kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar